Sabtu, 26 April 2025

Al Qur'an dan perdamaian dunia

Ditulis oleh redaktur website Rumah Qur'an Al Badr Jakarta 


Perdamaian adalah barang berharga nan langka yang paling banyak dicari-cari oleh masyarakat di seluruh penjuru dunia ini.

Secara global, perdamaian dapat bermakna sebagai kehidupan masyarakat yang rukun, harmonis, dan saling menghargai satu sama lainnya.

Di dalam lingkup masyarakat yang lebih kecil, perdamaian itu berawal dari sebuah tempat yang bernama keluarga Sakinah, Mawaddah, wa Rohmah.




Lebih luas dari sekedar kerukunan dalam bermasyarakat, perdamaian dapat pula bermakna sebagai kehidupan masyarakat yang bersahabat dengan alam sekitarnya.


Bumi dan seisinya sejatinya merupakan sarana penunjang kehidupan yang telah dipersiapkan agar secara turun-temurun dapat dikelola dengan baik sekaligus dijaga kelestariannya oleh manusia sehingga dapat memberikan manfaat yang melimpah dan berkelanjutan.

Gambaran tentang konsep perdamaian dunia tentu saja bukan lah hanya sebatas wacana, atau cerita indah yang ada di dalam komik, atau pun utopia semata.


Perdamaian adalah sebuah kondisi masyarakat yang kondusif, nyaman, dan menyenangkan yang tentu saja dapat direalisasikan sehingga harus diperjuangkan dengan sebaik baiknya.

Logikanya, apabila di suatu daerah bisa muncul entitas masyarakat yang memiliki sifat sembrono, gemar berperang, hingga sampai merusak tatanan kehidupan serta kelestarian alam, maka di belahan Bumi yang lainnya pasti akan terdapat pula entitas masyarakat lain yang hidup dengan cinta damai dan dengan penuh kesadaran selalu berusaha menjaga kelestarian alam lingkungannya.


Di dalam literatur Al Qur'an, konsep perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat adalah konsep ideal habluminanaas yang dikehendaki oleh Pencipta alam semesta ini.

Konsep perdamaian tersebut telah disampaikanNya melalui beragam ketentuan dan rambu rambu yang telah ditetapkanNya dalam bingkai syari'at agama Islam.

Konsep harmoni dalam bermasyarakat yang hidup berdampingan dengan alam lingkungannya telah digambarkan pula dengan begitu jelasnya di dalam Al Qur'an, sehingga apabila rambu-rambu dan petunjuk ilahiyah tersebut dikesampingkan apalagi dilanggar maka cepat atau lambat akan bereskalasi pada terjadinya kerusakan demi kerusakan di muka bumi, mulai dari tatanan hidup masyarakat hingga kelestarian alam semesta.


Sebagaimana tertulis dalam Al Qur'an, bahwasanya pangkal kerusakan-kerusakan di dalam lingkungan tersebut semata-mata merupakan produk dari kelalaian dan sikap abai dari segenap manusia dalam menyikapi peraturan dan rambu-rambu ilahiyah.


ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ 

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

( Qs. Ar Rum : 41 )



Meskipun pada dasar penciptaannya entitas manusia berpotensi memiliki sifat lalai dan cenderung untuk selalu melakukan kerusakan demi kerusakan di atas muka bumi, akan tetapi dengan senantiasa kembali pada petunjuk Al Qur'an, sifat-sifat yang negatif tersebut niscaya akan dapat dieliminasi, atau bahkan sebaliknya dapat berubah menjadi entitas penjaga perdamaian, kelestarian, dan keseimbangan alam semesta.



• Kembali ke jalur atau track yang benar 

اِنَّ الَّذِيْ فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْاٰنَ لَرَاۤدُّكَ اِلٰى مَعَادٍۗ قُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ مَنْ جَاۤءَ بِالْهُدٰى وَمَنْ هُوَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ۝٨٥

"Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan engkau (Nabi Muhammad untuk menyampaikan dan berpegang teguh pada) Al-Qur’an benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali

Katakanlah ( Nabi Muhammad ), “Tuhanku paling mengetahui siapa yang membawa petunjuk dan siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata.”


( Qs Al Qasash : 85 )



Dalam kitab tafsir Al Qur'an kementrian agama Republik Indonesia, makna tempat kembali adalah kota Makkah ( Fathu Makkah; Rasulullah kembali memasuki kota Mekah dengan kemenangan dan perdamaian ).

Negeri dan masyarakat di kota Makkah, tempat asal Rasulullah yang dahulunya dalam keadaan kacau balau akan berubah menjadi negeri yang aman dan penuh perdamaian dalam naungan dinul Islam ( Makkah Al Mukaromah )


Merubah tatanan hidup masyarakat yang secara umum tengah dilanda berbagai bentuk kekacauan dan kerusakan memang tak semudah seperti membalikkan telapak tangan.

Akan tetapi dengan menumbuhkan rasa cinta kepada Al Qur'an merupakan satu langkah awal yang akan sangat menentukan keberhasilan seseorang dalam membangun keluarga Sakinah, mawaddah, wa Rohmah.

Keluarga Sakinah adalah setiap keluarga yang diusahakan untuk dibangun atas dasar taqwa, cinta kepada Al Qur'an, dan berakhlaq dengan ahlaq Al Qur'an.

Keluarga Sakinah adalah keluarga yang di dalamnya beranggotakan individu-individu yang sakinah pula, yaitu siapa saja yang senantiasa berjuang untuk menumbuhkan dan melestarikan rasa cintanya kepada Al Qur'an.

Dengan semakin banyaknya terbentuk keluarga-keluarga sakinah yang cinta kepada Al Qur'an dan taqwa, niscaya akan memunculkan eksistensi masyarakat yang sejahtera, sakinah dan cinta dengan kedamaian.



• Kembali kepada Al Qur'an

Perdamaian, baik dalam arti luas dalam tatanan masyarakat maupun dalam ruang lingkup yang lebih sempit ( keluarga ) adalah suatu keniscayaan apabila komitmen untuk kembali kepada Al Qur'an benar benar dilaksanakan dengan penuh keikhlasan.

Al Qur'an tidak lain adalah sumber rujukan utama untuk membangun akhlaq mulia, dan Rasulullah shalallahu alahi wasallam adalah suri tauladan dalam hal kemuliaan akhlaq tersebut.

Sebelum rasulullah shalallahu alahi wasallam mengajak seluruh umat manusia untuk berakhlak mulia dengan ahlaq Al Qur'an, beliau telah lebih dahulu memberikan keteladanan yang paripurna sebagaimana yang telah dipersaksikan dan dikemukakan sendiri oleh para sahabat ataupun para sahabiyatnya.


قُلتُ : يَا أُمَّ المُؤمِنِينَ ! حَدِّثِينِي عَن خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ .قَالَت : يَا بُنَيَّ أَمَا تَقرَأُ القُرآنَ ؟ قَالَ اللَّهُ : ( وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ ) خُلُقُ مُحَمَّدٍ القُرآنُ أخرجها أبو يعلى (8/275) بإسناد صحيح .

“Aku berkata, ‘Wahai Ummul Mukminin, beritakanlah kepadaku tentang akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Aisyah berkata, “Wahai anakku, tidakkah engkau membaca Al-Qur’an? Allah berfirman, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Akhlak Muhammad adalah Al-Qur’an.”

( HR. Abu Ya’la, 8/275 ).


Seberapa dekat dan seringnya interaksi antara seseorang bersama dengan Al Qur'an di dalam keseharian nya, dapat menjadi ukuran seberapa besar rasa cintanya terhadap Al Qur'an.

Seandainya seorang enggan untuk membaca Al Qur'an, bagaimana mungkin rasa cintanya terhadap Al Qur'an dapat tumbuh di dalam hati sanubarinya dan bagaimana mungkin ia dapat berkeinginan untuk mempelajari sekaligus memahami ayat-ayat nya serta mengikuti pedoman yang ada di dalamnya ?



• Pelajaran dari kaum terdahulu 

Sejarah adalah cerita otentik yang tersusun berdasarkan fakta sebenarnya, dan bukan merupakan hasil rekayasa.

Sejarah dapat berisi kejadian kejadian dan pengalaman berharga dari para pendahulu yang dapat diambil hikmah dan pelajaran oleh generasi generasi yang datang kemudian.


Sebagaimana tertulis dalam sebuah peribahasa, 

" Pengalaman adalah guru yang paling baik " 


Seorang yang beruntung adalah siapa saja yang mampu memetik hikmah dan pelajaran dari pengalaman orang orang yang terdahulu.


وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آَمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat” 

(QS. An Nahl : 112).


Mengingkari nikmat-nikmat Allah berarti enggan untuk bersyukur atau bahkan berani mengklaim atas segala kenikmatan yang diperolehnya merupakan hasil jerih payah usahanya semata, dan bukan karena pemberian atau karunia dari Allah yang maha Kaya.

Gambaran umum mengenai tercabutnya nikmat dan karunia yang dahulu pernah diberikan kepada masyarakat di suatu negeri, secara khusus dapat dimaknai pula sebagai peringatan awal potensi akan hilangnya nikmat-nikmat kehidupan seperti kedamaian, dan kesejahteraan yang telah dikaruniakan Allah kepada sebuah keluarga oleh karena sifat abai dan kelalaian yang terjadi.



• Kalam penutup tulisan 

Berikut adalah perkataan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang Allah kabarkan dalam Al Qur'an 


وَقَالَ الرَّسُوْلُ يٰرَبِّ اِنَّ قَوْمِى اتَّخَذُوْا هٰذَا الْقُرْاٰنَ مَهْجُوْرًا ۝٣٠

Rasul (Nabi Muhammad) berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur’an ini (sebagai) sesuatu yang diabaikan.

( Al Furqan :30 )


Semasa hidupnya, Rasulullah shalallahu alahi wasallam pernah berkeluh kesah kepada Allah Ta'Alaa perihal keadaan sebagian besar dari kaumnya, yaitu masyarakat Quraisy di kota Makkah yang mengabaikan, berpaling, bahkan ingkar terhadap Al Qur'an dan memusuhi ajakan dakwah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.

Ayat Al Qur'an yang diturunkan lebih dari 14 abad yang lalu itu, tentu masih relevan dan dapat dijadikan sebagai bahan perenungan dan intropeksi bagi seluruh masyarakat muslimin khususnya di Indonesia.


Yaitu kepada para ayah, kepada para ibu, dan generasi muda muslimin penerus bangsa.

Apakah kita termasuk kaum yang cinta terhadap Al Qur'an, atau justru malah ikut termasuk ke dalam golongan yang mengabaikan Al Qur'an, enggan mempelajari Al Qur'an, atau bahkan menentang kebenaran ayat-ayat Al Qur'an dengan mengikuti beraneka jalan syubhat dan syahwat ?





Selasa, 01 April 2025

Indahnya Idul Fitri 1446 H

 السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Indahnya Idul Fitri, dengan ukhuwah Silaturahmi 



Manajemen Yayasan Pendidikan Islam dan Sosial ( YaPIS ) Al Badr 

Team pengelola Rumah Qur'an ( RQ ) Al Badr 


Dengan segenap kegembiraan dan ketulusan hati, kami bersama manajemen Yayasan Pendikan Islam dan Sosial ( YaPIS ) Al Badr serta team pengelola Rumah Qur'an ( RQ ) Al Badr mengucapkan :


S𝔢𝔩𝔞𝔪𝔞𝔱 ℌ𝔞𝔯𝔦 ℜ𝔞𝔶𝔞 ℑ𝔡𝔲𝔩 𝔉𝔦𝔱𝔯𝔦 

1 𝔖𝔶𝔞𝔴𝔞𝔩 1446 ℌ


Taqoballohu Minna Waminkum

Mohon maaf lahir & Bathin


S𝔢𝔪𝔬𝔤𝔞 𝔄𝔩𝔩𝔞𝔥 SWT 𝔪𝔢𝔪𝔟𝔢𝔯𝔦𝔨𝔞𝔫 𝔨𝔦𝔱𝔞 𝔲𝔪𝔲𝔯 𝔭𝔞𝔫𝔧𝔞𝔫𝔤 𝔶𝔞𝔫𝔤 𝔟𝔞𝔯𝔬𝔨𝔞𝔥 & 𝔨𝔢𝔰𝔢𝔥𝔞𝔱𝔞𝔫 𝔰𝔢𝔥𝔦𝔫𝔤𝔤𝔞 𝔟𝔦𝔰𝔞 𝔟𝔢𝔯𝔱𝔢𝔪𝔲 𝔨𝔢𝔪𝔟𝔞𝔩𝔦 𝔡𝔢𝔫𝔤𝔞𝔫 ℜ𝔞𝔪𝔞𝔡𝔥𝔞𝔫 𝔶𝔞𝔫𝔤 𝔞𝔨𝔞𝔫 𝔡𝔞𝔱𝔞𝔫𝔤



وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه


Jakarta, 2 Syawal 1446 H

Bertepatan dengan hari Selasa, 1 April 2025





Postingan populer

Taman Ilmu pecinta Al Qur'an

Rumah Qur'an Al Badr Jakarta kembali menyampaikan informasi jadwal kajian khusus ilmu Qiroat Al Qur'an. Kabar Gembira yang ditunggu ...