Sabtu, 20 April 2024

Editorial RQ Al Badr, April 2024

Fenomena Keberadaan "si murid pandai" dan "si murid bandel"

Ditulis oleh team redaksi website RQ Al Badr 


Seorang siswa yang pandai dan berprestasi tentu akan sangat disukai oleh guru serta oleh lingkungannya, sebaliknya siswa yang kurang pandai dan tidak berprestasi cenderung akan terpinggirkan, dan kekurangan perhatian dari guru serta lingkungannya.

Antara figur si "bintang kelas", atau si "murid teladan", ataupun sang "idola sekolah", apabila kemudian disandingkan dengan stereotip si "pemalas" ataupun si "murid bandel" yang biasanya melekat pada figur murid murid yang tidak pandai barangkali perbedaannya dapat digambarkan ibarat langit dan bumi.

Dokumentasi Rumah Qur'an Al Badr, bimbingan seorang guru 



Setiap individu diciptakan dengan spesifik nan unik

Akan tetapi, kalau kita berbicara mengenai pandai atau tidak pandai, si "bintang kelas" ataupun si "juru kunci" ranking kelas, pada hakekatnya adalah berbicara mengenai "hasil akhir" yang tentunya tidak akan serta merta terjadi dengan sendirinya.

Dokumentasi Rumah Qur'an Al Badr, suasana KBM di RQ Al Badr kelas santri usia sekolah dasar. Setiap individu tercipta dengan unik dan spesifik.

Setiap individu sejatinya telah diciptakan masing masing dalam keadaaannya yang unik dan begitu spesifik, lengkap dengan potensi, berikut kelebihan serta kekurangannya, sehingga dapat dipastikan tidak akan pernah ada seseorang yang 100 % bisa sama persis dengan individu lainnya, walau ia adalah dua orang yang kembar identik sekalipun.

Rangkaian proses dalam rentang perjalanan hidup yang panjang, serta keberadaan berbagai faktor penentu yang telah berlangsung sejak dahulu dan masih berkelanjutan hingga saat ini merupakan alur cerita yang pastinya akan dilalui oleh setiap individu, hingga ia terbentuk dalam keadaannya yang sekarang ini.

Maka yang sebenarnya, stereotip "si pandai" itu adalah siapa saja yang mampu untuk beradaptasi dengan keadaannya, melewati proses belajar dalam rentang panjang perjalanan hidupnya dengan memanfaatkan segenap potensi yang ada pada dirinya.

Lalu, stereotip buruk seperti apakah yang akan dilekatkan oleh masyarakat kepada setiap individu yang tidak mampu beradaptasi dengan keadaannya, enggan melewati tahapan demi tahapan proses belajar hingga sampai mentelantarkan umur, menyia-nyiakan waktu serta potensi yang melekat pada dirinya itu ?

Kesimpulannya, "pintar" atau "tidak pintar" hakikatnya adalah keadaan terkini dari setiap individu sebagai produk dari sikap hidup dan sejarahnya di masa lampau.



Menemukan dan menumbuh kembangkan potensi yang terpendam 

Seorang pendidik hendaknya mampu mendeteksi beragam potensi potensi atau bakat terpendam yang dimiliki oleh setiap individu murid muridnya.

Dokumentasi Rumah Qur'an Al Badr, santri santri dalam suasana KBM.

Dan tugas penting bagi seorang pendidik adalah menemukan serta menumbuh kembangkan bakat bakat dan potensi terpendam tersebut hingga kelak dapat menjadikan anak anak didiknya cerdas secara spesifik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Seorang murid bisa jadi sangat pandai dalam urusan menghafal Al Qur'an serta menerapkan logika yang sangat baik di dalam pola fikirnya, akan tetapi barangkali ia akan dirasakan kurang berbakat dalam hal kemampuan menulis sebuah naskah narasi yang baik.

Seorang individu bisa jadi akan sangat piawai ketika menulis sebuah naskah narasi dan tulisan yang berbobot, akan tetapi ia mungkin terlihat gugup dan "belepotan" ketika sedang berceramah di hadapan umum.

Barangkali ada seseorang yang terlihat bersikap begitu malas dan cueknya dengan dunia pendidikan formal, akan tetapi menaruh minat yang begitu besar untuk mempelajari teknik perawatan mesin otomotif dan piawai dalam urusan modifikasi mesin kendaraan.

Belum tentu seorang ahli fiqih ataupun seorang hafidz Al Qur'an mampu memperbaiki sendiri smartphone atau laptop yang dimilikinya, dan belum tentu pula seorang pebisnis yang handal mampu memasak sendiri menu nasi goreng dengan cita rasa yang begitu lezatnya.

Kendati demikian, seorang guru yang baik tentu saja harus memiliki kemampuan untuk membimbing setiap anak didiknya agar memiliki skill kemampuan dasar yang selayaknya dimiliki oleh setiap muslim seperti tatacara ibadah harian, dan membaca Al Qur'an 

Barangkali hal seperti ini yang pertama kali harus disadari oleh seorang guru dalam mengemban  amanah pendidikan bagi murid muridnya.


Siapakah guru yang sesungguhnya ?

Apabila seorang guru yang baik harus mampu mendidik anak anak muridnya di sekolah hingga berprestasi dan memiliki akhlak yang mulia, maka bagi setiap orang tua murid yang berada di rumahnya masing masing pun sesungguhnya jauh lebih berhak untuk memperhatikan keadaan anak anaknya dan harus lebih mampu lagi untuk mendidik anak anaknya agar sukses di sepanjang rentang kehidupannya.


Maka siapakah lagi sebenarnya guru pendidik yang paling hebat itu kalau bukan para orang tua di rumah ?

Dokumentasi Rumah Qur'an Al Badr, suasana rapat koordinasi dan evaluasi hasil belajar santri antara guru bersama orang tua / walisantri dari sebuah halaqah di aula Rumah Qur'an Al Badr. Orang tua adalah guru yang sejati, dan sahabat terbaik bagi setiap anak anaknya.



Jalan kesuksesan seorang guru pendidik 

Kesuksesan seorang guru di dalam mendidik, akan sangat dipengaruhi oleh 3 hal yang sangat mendasar.

Ke tiga hal mendasar tersebut didapatkan berdasarkan pengalaman pengalaman dari para tenaga pendidik ketika berada di lapangan, sebagaimana ungkapan yang telah dikemukakan pula oleh seorang tokoh legendaris pendidikan Nasional, Raden Mas. Suwardi Suryaningrat ( Ki Hadjar Dewantara ), yaitu Asah - Asih - Asuh :


1. Ing ngarso sung tulodo

( Di bagian depan memberikan keteladanan ).

Seorang pendidik harus memiliki kemampuan untuk menampilkan sikap keteladanan serta jiwa kepemimpinan bagi anak anak didiknya di dalam kehidupan bermasyarakat ( Asuh ).


2. Ing madyo mangun karso

 ( Di bagian tengah memberikan inspirasi atau gagasan segar nan kreatif ).

Seorang pendidik harus mampu memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai cara berfikir, belajar, dan bekerja yang dinamis serta kreatif ( Asah ). 


3. Tut wuri handayani

( Di bagian belakang memberikan dukungan )

Yaitu prinsip kebersamaan dan kasih sayang di dalam mendidik sebagai satu bentuk pengayoman layaknya sikap yang diberikan orang tua kepada anak anaknya ( Asih ).


Atau dengan kata lain, seorang pendidik harus dapat memahami kapan saja waktu yang tepat ketika ia harus tampil layaknya sebagai seorang pemimpin, dan kapan waktu yang paling tepat ketika ia harus memposisikan dirinya layaknya sebagai seorang teman atau partner belajar yang menyenangkan, serta mengerti kapan waktunya ia harus tampil layaknya sebagai orang tua yang selalu memberikan dukungan untuk membantu kesuksesan anak anak didiknya di dalam belajar.



Tantangan buat seorang guru pendidik 

Seorang pendidik yang handal bukan hanya sekedar piawai dalam urusan mentransfer ilmu pengetahuan serta kepandaian yang dimilikinya kepada murid muridnya saja, akan tetapi ia juga hendaknya harus mampu untuk menjalin kedekatan psikologi dan dan jalinan komunikasi yang baik bahkan ketika terpaksa ia harus berhadapan dengan murid muridnya yang "bandel dan bebal" sekalipun.

Dokumentasi Rumah Qur'an Al Badr, bapak Dwi Irianta S.pd, pembina Yayasan Pendidikan Islam dan Sosial ( YaPIS ) Al Badr saat bersama dengan para pelajar di sebuah madrasah sekaligus santri di Rumah Qur'an ( RQ ) Al Badr di distrik Salawati Tengah, Raja Ampat, Papua Barat. Berbaur dengan para santri untuk menumbuh kembangkan jalinan komunikasi yang harmonis bersama para santri.


Seorang guru yang berkualitas adalah seorang pendidik yang adil, seorang yang selalu memiliki pandangan kasih sayang dan welas asih.

Dengan kacamata rahmahnya itu, ia akan senantiasa mencintai dan menyayangi seluruh murid muridnya, baik yang pandai atau pun yang kurang pandai, baik yang selalu menghormati gurunya maupun yang masih kurang dalam hal adab dan sopan santun.


Adalah merupakan wujud sikap yang arogan dan berat sebelah apabila secara sadar ataupun tidak sadar seorang pendidik kemudian lebih bersikap menyayangi murid muridnya yang cerdas, pandai, berprestasi, dan berakhlak mulia serta mengabaikan atau memandang sebelah mata kepada sebagian murid muridnya yang tidak pandai, tidak berprestasi, dan tidak memiliki tata krama karena semua yang disebutkan di atas hanyalah representasi dari hasil.

Bagi seorang pendidik, melalui dan menikmati proses harus lebih diutamakan dari pada sekedar menikmati hasil.

Kehadiran murid murid yang  statusnya "bermasalah" ini justru sesungguhnya adalah tantangan tersendiri yang harus dihadapi oleh seorang pendidik. Tantangan yang muncul hakikatnya adalah ladang pahala bagi sang guru yang dengan sabar dan tekun telah berjihad fii sabilillah dalam mengajarkan ilmu serta kebaikan bagi setiap murid muridnya.

Sehingga, apabila dirasakannya ia bakalan menemukan jalan buntu lantaran pembawaan gaya mendidiknya yang monoton atau lebih terkesan menggurui dan otoriter, maka ia pun dapat mencoba teknik pendekatan lainnya yang lebih tepat yaitu dengan memberikan perhatian yang cukup kepada murid muridnya tersebut melalui jalinan komunikasi yang hangat dan intens layaknya seorang teman atau seorang sahabat agar dapat diketahui apa saja faktor faktor penghambat yang  terjadi di dalam usahanya menggapai kesuksesan belajar.


Setelah seorang pendidik dapat mengidentifikasi permasalahan yang terjadi melalui hangatnya jalan persahabatan, maka ia pun akan dapat mencarikan solusi yang terbaik untuk dapat menjawab persoalan yang muncul.

Dan pada saat saat seperti inilah, seyogyanya seorang pendidik dapat tampil layaknya sebagai orang tua yang selalu memberikan dukungan, bimbingan, dan semangat, serta solusi sehingga murid muridnya dapat merasakan manfaat yang tak ternilai harganya dari berinteraksi bersama gurunya tersebut.



Petunjuk ilahi bagi seorang pendidik 

Dalam kaidah agama Islam, prinsip prinsip dasar kesuksesan pendidikan sungguh telah dipraktikkan oleh baginda yang mulia Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wasallam ketika berdakwah dan berinteraksi kepada masyarakat di sekelilingnya, serta para sahabat sahabat nya, baik di Makkah maupun di Madinah.

Dokumentasi Rumah Qur'an Al Badr, suasana KBM di RQ Al Badr kelas santri Ikhwan dewasa.


Allah Subhanahu wa Ta'alaa telah memberikan tips tips yang sangat jitu sebagai pegangan wajib bagi Rasul nya, Muhammad Shalallahu alaihi wassalam dalam mendidik masyarakat agar mengikuti jalan keselamatan di dunia dan akhirat :


فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.

( Qs. Ali Imran : 159 )


Ayat tersebut sungguh sangat lah tepat untuk kemudian diterjemahkan menjadi kaidah kaidah dasar pendidikan "Asah Asih - Asuh" seperti yang dikemukakan oleh Raden Mas Ki Hadjar Dewantara, sebagaimana yang tertulis pula di bagian awal tulisan ini.

Ayat Al Qur'an tersebut kemudian dibawakan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam untuk kemudian diajarkan kepada masyarakat nya pada waktu itu, yang konteks nya sangat relevan pula untuk diteladani oleh masyarakat pada zaman ini hingga di masa masa yang akan datang nanti.

Sebagai suri tauladan, beliau merupakan seorang yang terpilih baik dalam hal keteladanan, kepemimpinan, kecerdasan,  kreatifitas dalam berfikir, serta dalam hal pengayoman masyarakat.

Semuanya telah dilegitimasi secara mutlak pada sebuah redaksional ayat di dalam Al Qur'an :


لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

( Al Ahzab : 21 )


Sedangkan dalam redaksional ayat lainnya terdapat pula pernyataan khusus yang senada dengan redaksional ayat di atas :


قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku ( Muhammad ), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


( Ali Imran : 31 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih atas kunjungannya, silahkan menulis pesan pesan anda

Postingan populer

Perjalanan RQ Al Badr sepanjang tahun 2024

Ada sebuah aturan tak tertulis yang sejak dahulu telah menjadi semacam tradisi, yaitu ketika posisi penanggalan kalender telah sampai di are...